24 JAM SANTRI
Oleh: Maulana Bahrul Alam
Kringg….. kringg….. kring…….. Bel tanda unrtuk
membangunkan para santri telah dibunyikan, yah memang itu bunyi bel khas dari
pondokku. Ketika terdengar suara bel pada jam tertentu para santri sudah tau
itu bel tanda untuk kegiatan apa. Dan saat ini jam masih pukul 03.47. Ketika kupaksa kepala yang masih mengantuk ini untuk menengok jam
yang terpasang di sudut kamarku, tepatnya di atas pintu. Walaupun mata ini
masih mengantuk dan masih ingin terpejam beberapa saat lagi, dengan sangat
terpaksa ku paksa mata ini untuk terbuka dan mencoba untuk bangun dari tidur
nyenyak tadi malam. Lalu ku mencoba
bersandar pada salah satu sudut tembok di kamarku, rasa kantuk tak dapat ku
elakkan, kucoba tidur lagi dengan posisi duduk, saat mata mulai terpejam
kemudian terdengar suara lantang salah seorang pengurus, semua santri biasa
menyebutnya kang Rohmat atau nama kasarnya Kemat. Salah seorang pengurus bagian
keamanan yang di segani kengerian serta kegarangannya oleh semua santri di pondokku,
ketika suara semakin dekat kupaksa tubuh ini berdiri sambil berlari keluar
kamar, bukan hanya aku tetapi semua santri yang ada di kamarku juga berlari
keluar kamar. Karna jika ada anak yang masih tidur di dalam kamar saat pengurus
ngoyak i, biasanya sang pengurus akan membangunkannya dengan cara
memukul santri tersebut dengan sorban atau sajadah yang di bawa sang pengurus. “yo
kang kang e tangi..... tangi.....!!! Peh subuhan jam piro? Jam 7 po?” seru
kang Rohmat untuk membangunkan santri. Kuberjalan menuju tempat wudhu di kamar
mandi, yang ternyata disitu telah banyak santri yang melakukan kesibukannya
sendiri, ada yang tidur sambil jongkok bersandar pada tembok, ada yang sedang
wudhu, dan ada pula yang lagi mandi. Kusempatkan untuk buang air kecil dulu,
karna tadi malam hampir dari jam 10 sampai jam 3 aku belum kencing, agar saat
jamaah bersama abah nanti tidak ada gangguan yang kualami. Setelah kencing
kuberjalan ke kolah wudhu, yah tentu kami para santri harus sabar mengantri
untuk mendapat giliran wudhu, hampir sekitar 2 menit aku mengantri, lalu
kubasuh muka sambil mengucap bismillah, tak lupa kuucap niat wudhu dalam hati.
Setelah itu aku bergegas menuju kamarku, tepatnya kamar 3, berada di lantai 1
disamping mushola. Kuganti pakaian tidurku dengan baju koko dan sarung, pakaian
khas ala santri Indonesia. Terdengar lantunan sholawat dari speaker mushola
yang sangat merdu, karna kamarku tepat disamping mushola dan berada pas di
depan jendela, kutengok siapa yang melantunkan sholawat itu, ternyata Kang
Toni, seorang santri kawak yang sudah bertahun – tahun hidup di pondok
dan mengbdi kepada abah, sungguh merdu suaranya, hati mana yang tak kan
tergetar ketika mendengar lantunan sholawat ya hayyu ya qayyu......
setelah tersadar dari lamunan tadi aku bergegas menuju kedalam muhsola untuk
melaksanakan shalat qobliyah subuh, yah shalat tersebut telah menjadi
rutinitas baru bagi diriku sebelum melaksanakan shalat fardhu. setelah shalat qobliyah
tadi kuputuskan untuk membaca ayat suci Al-Quran sambil menunggu abah
rawuh. Baru setengah rai membaca Al-Quran ternyata abah sudah rawuh,
smbil menepukkan tangan tanda untuk cepat – cepat di iqomahi (di
khomati) beliau berkata “yoh lek ndang wes apeh awan, roto rapet, sukune di
luruske,” lalu akku bergegas mengambil barisan shof paling depan karna aku
juga ingin menabung untuk di akhirat nanti. setelah abah membaca niat lalu takbir,
aku pun juga mengikuti beliau membaca niat dan lalu takhbiratul ihram. ketika
sholat telah usai biasanya abah ber-wiridan, sebagai seorang santri
kamipun mengikuti bcaan wiridan beliau. tat kala wiridan telah
selesai, ada sebuh kegiatan wajib yang tak boleh dilewatkan oleh santri di
pondokku, yah ngaji subuh biasa santri di sini menyebutnya, membaca lantunan
ayat Al-Quran dan di semak oleh salah seorang Ustadz yang sudah di pilih dari
pihak ndalem untuk marahi quran sambil mengoreksi bacaan santri
tersebut.
Setelah selesai ngaji aku bergegas ke
kamar, sesampainya di kamar langsung ku tengok jam dinding yang bertuliskan
kaligrafi arab, ternyata masih pukul 05.36. kusempatkan untu membaca beberapa
pelajaran yang akan di bahas pagi nanti. setelah selesai membaca lalu
bergegaslah aku untuk mandi. taukah kalian kalau rata – rata seorang santri
mempunyai kebiasaan yang tak lazim dalam hal mandi, walaupun kebiasaan
tersebut menyimpang dari kesehatan tapi
nyatanya mereka tak pernah terkena sakit atau gangguan kesehatan. contoh
misalnya satu buah sabun yang di pakai beramai – ramai tanpa rasa malu, beda
dengan mereka yang tinggal di perumahan atau di rumah, mungkin menganggap
kebisaan ini sangat jijik, tapi tidak bagi kami, lalu istilah join sikat gigi,
yah mungkin terlalu extrim untu kebiasaan yang satu ini, tapi tak masalah bagi
kami, karna itu semua rasa kekeluargaan menurut kami, dan inilah yang kami namakan
kebersamaan.
Setelah selesai mandi bergegaslah aku
berganti pakaian seragam sekolah, lalu bergegas berangkat sekolaah. hanya
berjarak kurang lebih 500 m jarak antara pondokku dengan sekolahan. di
sekolahanku mata pelajaran umumnya berbeda dengan sekolah lainnya, jika di
sekolah lainnya mata pelajaran umumnya seperti Matematika, Bahasa Indoneia,
Bahasa Inggris dsb, kalau di sekolahanku semua mata pelajaran tadi adalah
selingan, sedangkan mapel yang lebih sering di ajarkan setiap hari adalah mapel
yang berkaitan dengan ilmu agama seperti nahwu, shorof, bahasa arab, alquran
hadist, fiqih dll, karna di sekolahanku menganut sistim pondok maka hari
liburnya pun juga bukan di hari minggu, melainkan di hari jumat, hari
istimewanya umat islam. di sekolahanku diwajibkan membawa peci, mahkota kebesaran
ala kyai dan santri, sebuah barang bulat agak lonjong dan berwarna hitam yang
di pakai di atas kepala. ada satu adat itiadat di sini yang tak dapat di
hilangkan dari jiwa raga para siswa, oh ya disini semuanya berkelamin laki – laki,
tak ada yang berkelamin perempuan, jadi semuanya siswa ,bukan siswi, adat istiadat
tersebut adalah membaca nadhom alfiyah ibnu malik setiap pagi, semua kelas bahkan
semua siswa di sekolahanku wajib membaca nadhoman tersebut, di sini semua siswa
juga di anjurkan mengikuti kegiatan wajib sholat dhuha setiap hari sabtu sabtu
pagi secara bergantian setiap kelas. Dan juga untuk sholat jamaah dhuhur semua
siswa juga wajib mengikutinya.
Setelah semua pelajaran di sekolahan
telah usai bergegaslah aku pulang ke pondok, yah untuk sekedar menghilangkan
penat selama belajar lebih dari 7 jam lebih pelajaran di sekolahan kiranya yang
di mulai dari jam 07.00 – 14.45. sesampainya di pondok kuputuskan untuk tidur
sejenak, walaupun nanti jam 15.00 kami semua di wajibkan mengikuti kegiatan
diniyah. Saat ini aku duduk di kelas 4 awaliyyah. Disana kami dapat belajar
berbagai ilmu agama. Misalnya nahwu, shorof, fiqh, qowaidul fiqh, shorogan, dan
masih banyak lainnya. Di pondokku diniyah hanya berlangsung 1 jam setengah dari
jam 15.00 – 16.30. setelah diniyah usai kami diwajibkan untuk mengikuti jamaah
shalat ashar bersama abah di mushola. Seperti kegiatan sholat berjamaah pada
umumnya yang mesti di akhiri dengan wiridan.
Seusai jamaah sholat berjamaah ashar,
inilah waktu yang kami tunggu – tunggu. Yaitu waktunya makan... seakan lelah
dan kesal terbayar atas semua kegiatan yang telah kami lakukan dari tadi siang.
Ketika terdengar suara dari pengurus “yo kang...!!! kos e di jipuk i, lek
ndang... neg ra komanan yo mboh we!!!” sungguh luar biasa girangnya kami,
karna hari ini jatah ku mengambil sego kos biasa kami menyebutnya, jadi
aku dan salah seorang temanku berangkat menuju dapur ndalem untuk
mengambil sekeranjang tepak, yang berisi kos untuk satu kamar. Ada sebuah
percakapan yang biasa di ucap santri putra ketika mengambil kos. Yaitu “eh
seng jogo kos sopo yo??? Mugo – mugo cah kae, soale kangen aku” haha
obrolan singkat tentang penjaga kos, karna begitulah rutinitas kami. Kembali
kita berdua membawa kranjang itu ke dalam kamar, dan belum sampai di dalam
kamar kami sudah di rubung oleh teman – teman yang menunggu kedatangan sego
kos. karna disinilah namanya kebersamaan jadi kita makan bersama – sama.
Saat ada yang mempunyai lawoh walaupun sedikit kita akan tetap membagi
sama rata, semisal ada krupuk kita akan membukanya dan memakan bersama – sama.
Tak terasa hari sore menjelang malam,
hari dimana kekusyuan santri di uji, mulai dari menahan kantuk, keluar malam, sampai
jajan neng njobo. Sore adalah waktu untuk kami ishoma (istirahat sejenak,
sholat dan makan).
Ketika sudah terdengar suara adzan,
kami semua bergegas mengambil wudhu, bergegas ke mushola, menunggu abah rawuh
sambil membaca quran. Kegiatan kami sehabis sholat maghrib adalah membaca surat
yasin, ar – rahman, dan surat al – mulk. Setelah itu dilanjutkan dengan
ngaji sama pihak ndalem berdasarkan jatah kelompok berurutan. Kalo santri yang tidak mengikuti ngaji ndalem harus mengikuti ngaji
membaca surat tadi.
Ketika ngaji tadi sudah selesai langsung di sambung
dengan adzan sholat isya’. Seperti biasa untuk menunggu abah rawuh kami juga
membiasaakn diri membaca ayat suci Al – Quran.
Ketika sholat isya’ telah selesai, kami semua santri
putra maupun putri yang sudah duduk di kelas 4 awaliyyah atau santri kawak harus
wajib mengikuti ngaji bandongan, sementara santri yang masih kelas 1, 2,
3 awaliyyah harus ikut ngaji sama kang – kang e atau mbak – mbak e pengurus.
Pengampu ngaji bandongan adalah dari pihak ndalem, misal kitab sarah Alfiyah
Ibn Malik yang di ampu langsung oleh abah, kitab yang lain pun juga sama,
yakni dari para mantu abah. Biasanya ngaji selesai pada jam 10 malam kurang
atau lebih sedikit.
Saat waktu ngaji telah selesai, biasanya kami berkumpul
di tempat tertentu seperti di dalam kamar, depan kamar, di mushola, serambi
mushola, atau di tempat tertentu yang tentu masih di dalam lingkungan pondok
untuk membahas suatu hal, misal tentang belajar bersama untuk mengulang
pelajaran tadi pagi atau membuka pelajran yang akan di ajarkan esok hari nanti,
ada pula yang ngesahi (menembel ma’na yang kosong dalam kitab), atau mengisi
dengan obrolan ringan seperti bercanda, ngobrol ngalor ngidul, dll. Biasanya
kami baru tidur kalo sudah menginjak pukul 12 malam, entah karna kebiasaan atau
karna belum ngantuk aku juga tak tahu, yang jelas itulah kebiasaan kami para
santri.
Waktu berlayar dalam mimpi pun telah dimulai, sepinya
pondok, dan sunyinya kegiatan membuat kami jadi tenang serta tubuh yang capek
membuat kami tertidur pulas.
Bagi santri yang sudah terbiasa shalat tahajud (shalat
malam) mereka sudah biasa terbangun di pagi buta jam 02.00 pagi, untuk bersujud
mengadu, bercerita, memohon kepada sang pencipta.
Mungkin itulah yang dapat saya ceritakan tentang “24 JAM
SANTRI” apabila ada nama, tempat, serta apapun yang menyinggung pembaca, itu
hanya kebetulan. Dan cerita ini saya
tulis dalam bentuk Ms. Word sesuai dengan pemikiran diri saya sendiri dan tidak
mengutip suatu kata pun dari pihak lain atau orang lain.
Mranggen, 18 Januari 2017
Maulana Bahrul Alam
BIODATA:
Nama: Maulana Bahrul Alam
Sekolah: MA Futuhiyyah 1 Mranggen
Pondok: Ponpes Putra Putri Al – Anwar Suburan Mranggen
Email: Elbahroel@gmail.com
Blog: elbahroel.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar