Kamis, 05 Januari 2017

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN PUTRA PUTRI AL-ANWAR MRANGGEN DEMAK

SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN AL-ANWAR MRANGGEN DEMAK
Saya di sini hanya meneruskan posting dari Ikatan Alumni Santri Pondok Pesantren Al Anwar. Yg saya inginkan semoga postingan saya ini kelak dapat bermanfaat dan dapat di kisahkan kepada santri anak cucu atau semua kalangan... dan inilah kisahnya.
Dilihat geogafrisnya, Pondok Pesantren Al-Anwar berada di Kampung Suburan Mranggen, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Pesantren ini Didirikanpada hari  Sabtu Kliwon 12 Maret 1994., usia yang relative masih muda tentunya, jika dibanding  dengan pondok-Pondok Pesantren yang banyak tersebar di Kecamatan Mranggen, khususnya pesantren-pesantren yang berada di lingkungan pesantren induk, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen.Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren Al-Anwar ini tidak dapat lepas dari keterkaitannya dengan Pondok Pesantren An-Nur  yang diasuh oleh KH. Mustawam Abdul Fatah dari Rowosari Semarang, dimana sebelum berganti nama menjadi Pondok Pesantren al-Anwar, Pondok Pesantren An-Nur  menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Pondok Pesantren Al-Anwar (hasil wawancara dengan KH. Abdul Bashir Hamzah tanggal 24 Mei 2008).Pondok Pesantren An-Nur  merupakan sebuahPondok Pesantren putra-putri yang lokasinya tepat di jalan raya Mranggen (sebelah utara jalan) yang keberadaannya tidak jauh dari Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, tepatnya 100 meter sebelah selatannya. Dimana sebelumnya, pada tahun 1970 M., KH. Mustawam ikut pula mengelola dan mengajar di Pondok Pesantren An-Nur iyah yang berlokasi di jalan raya Mranggen (sebelah selatan jalan) yang didirikan oleh KH. Utsman bin Abdurrahman. Dari kedua pesantren inilah awal mula sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al-Anwar Mranggen Demak ditulis.Dikisahkan, ketika Pondok Pesantren An-Nuriyah mengalami kemajuan yang pesat, Baik dari segi kualitas maupun kuantitas, Pondok Pesantren ini ditinggal wafat oleh pengasuhnya, yaitu KH. Utsman bin Abdurrahman. Sementara jumlah santri yang kian hari kian bertambah banyak,sedangkan lokasi pondok yang tidak mencukupi untuk menampung para santri, maka KH. Mustawam (termasuk kerabat dari Nyai Saudah istri KH. Utsman bin Abdurrahman) merasa ikut terpanggil dan berkewajiban untuk mencarikan solusinya. Akhirnya dengan jerih payahnya, pada tahun 1974 M.beliau membuka lokasi baru untuk memfasilitasi minat masyarakat yang begitu besar untuk memondokan putra-putrinya pada Pondok Pesantren An-Nur . Langkah awalnya adalah dengan membangun sebuah kamar santri putra tepat di belakang rumahnya, dan sebuah kamar santri putri didalam rumah bagian depan dengan fasilitas yang masih serba minim, pada saat inilah peletakan batu pertama Pondok Pesantren An-Nur  dimulai (Hasil Wawancara dengan KH. Abdul Bashir Hamzah pengasuh PP. al-Anwar,tanggal 24 Mei 2008).Memikul dinamika alamiah yang sering pula dialami oleh pesantren, semisal keinginan untuk menambah jumlah santri tanpa harus melupakan kualitas SDM merupakan beban berat yang dipikul pesantren dalam mengembangkan lembaganya. Kuantitas boleh dikejar tapi kualitas tetap menjadi prioritas utama dalam pengelolaan pesantren, sebab kalua tidak maka sebuah pesantren akan diragukan eksistensinya, kalau tidak bisa dikatakan akan ditinggalkan oleh masyarakat karena akan dianggap tidak bermutu. Inilah pijakan dasar yang selalu dipegang teguh oleh setiap pengasuh pesantren.Pada tahun 1974 M., Pondok Pesantren An-Nur  mendapat amanat dan kepercayaan dari Allah swt., melalui antusias masyarakat untuk menitipkan putra-putrinya, yaitu dengan mendapatkan 2 orang santri putra dan 2 orang santriputri, masing-masing berasal dari Desa Sirawak dan Turko Ungaran Kabupaten Semarang, dan santri putri dari Desa Karangawen. Pada tahun berikutnya, yaitu tahun 1976 M. jumlah santri Pondok Pesantren An-Nur  bertambah menjadi 20 orang. Sejak saat itu Pondok Pesantren An-Nur  mengalami banyak kemajuan dengan kian banyaknya masyarakat yang mempercayakan putra-putrinya untuk menimba ilmu di lembaga pesantren ini. Pada tahun 1978 M. dengan alasan keterbatasan sarana dan prasana, KH. Mustawam merasa sudah tidak mungkin lagi menampung santri putra, sebab lokasinya hanya terbatas di dalam kediaman kyai saja. Oleh karena itu, beliau membangun gedung abru khusus untuk santri putra, yang berlokasi kurang lebih 50 meter sebelah timurnya, walaupun dengan kondisi bangunanfisik yang sangat sederhana sekali, dengan bahan bangunan yang digunakan untuk membangun pondok berupa kayu Soren dengan jumlah kamar sebanyak 4 buah dengan ukuran 2 kali 3 meter. Bangunan PondokPesantren An-Nur  putra yang baru ini yang kemudian menjadicikal bakaldari pendirian Pondok Pesantren Al-Anwar selanjutnya (hasil wawancara dengan KH. Abdul Bashir Hamzah tanggal 24 Mei 2008).Melewati sejarah panjang serta berlika-liku, diawali tahun 1979 M. struktur pengelolaan Pondok Pesantren An-Nur  diperbaiki dan mulai adanya pembagian wewenang dan tanggungjawab, Pondok Pesantren An-Nur  diasuh oleh KH. Mustawam dan Hj.Maryam, sedang Pondok Pesantren An-Nur  Putra yang diserahkan kepada menantunya KH. Abdul Basyir Hamzah dari Tambakroto Sayung Demak dengan didampingi putri satu-satunya KH. Mustawam, yaitu Hj. Hafudotul Ulya.Pada tahun 1985 M, jumlah santri Pondok Pesantren An-Nur  putra melonjak menjadi 76 santri,sementara An-Nur  putri menjadi 60 santriwati. Sehingga pada tahun 1987 M. sampai dengan 1988 M., Pondok Pesantren An-Nur  putra mulai berbenah diri ditandai dengan pembangunan gedung permanen yang diselesaikan pada tahun itu juga. Pemugaran gedung lama yang masih tradisional menjadi gedung baru yang permanen adalah salah satu bentuk cita-cita atau keinginan untuk maju dan berkembang. Kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) mau tidak mau harus diutamakan, dan itu hanya bisa dilakukan apabila sarana dan prasananya ikut mendukung terwujudnya KBM yang inovatif, kreatif, dan efektif bagi peserta didik. Hal itulah yang menjadi landasan utama dalam peningkatan mutu pesantren,Kemudian pada tahun 1994 M., Pondok PesantrenAn-Nur  putra berganti nama menjadi Pondok Pesantren Al-Anwar yang dikelola secara independenoleh KH. Abdul Basyir Hamzah dan diberi hak otonomuntuk menjalankan manajemen kepesantrenan sehari-hari, dengan harapan pesantren yang baru inilebih mampu mengoptimalkan peran dan fungsinya sebagai lembaga pendidikan. Otonomi yang diberikan oleh sang pendahulu ternyata mampu dimanfaatkan secara optimal oleh sang penerus hingga saat ini. Halini dapat dilihat dari kemajuan fisik maupun kurikulumnya. Penanganan yang ala kadarnya sudah tidak lagi menghiasi buku catatan Pondok Pesantren al-Anwar.Pesantren ini mulai berbenah dengan perbaikan manajemen dan kurikulum hingga mempersiapkan aset SDM bagi lulusan pondok atau alumnus, dengan membekali santri-santrinya tidak hanya ahli di bidang keagamaan tetapi juga mampu berperan di masyarakat dalam segala bidang, dengan harapan nantinya para alumninya dapat menjadi“brosur hidup”bagi Pondok Pesantren Al-Anwar di lingkungan mereka masing-masing, sehingga Pondok Pesantren Al-Anwar tetap eksis dan berkesinambungan hingga akhir masa dan dikenal oleh masyarakat luas (dikutip dan diolah dari buku Profil Lembaga: Sejarah dan Perkembangan PP. Al-Anwar Mranggen Demak tahun 2008).

Improve Your Critical Thinking

       A questioning way that makes us carefully examine a situation, exposes hidden problems, such as bias and manipulation and makes th...